Ads

Thursday, April 20, 2006

Gusti Allah... Ora Sare

From : unknown person

Malam telah larut ketika aku meninggalkan kantor, terlihat ditangan ini jam menunjukkan telah lewat pukul 11 malam. Pekerjaan yang menumpuk, membuatku harus pulang selarut ini. Ah, hari yang menjemukan (pikirku dalam hati). Terlebih, setelah beberapa saat berjalan, warna langit tampak memerah. Rintik hujan mulai turun. Lengkap sudah, badan yang lelah ditambah dengan "acara" kehujanan.
Setengah berlari aku mencari tempat berlindung. Untunglah tak jauh dari tempatku bekerja, penjual nasi goreng yang mangkal di pojok jalan sana mempunyai tenda sederhana.  Lumayan, pikirku. Segera aku berteduh, menjumpai bapak penjual yang sendirian ditemani rokok dan lampu petromak yang masih menyala.
Dia menyilahkanku duduk. "Disini saja dik, daripada kehujanan...," begitu katanya saat kuhampiri sambil meminta ijin berteduh. Benar saja, taklama setelah itu hujan mulai deras, dan kami makin terlihat dalam kesunyian yang pekat. Karena merasa tak nyaman atas kebaikan bapak penjual dan tendanya, aku berkata, "hujan begini, kelihatannya enak kalo sambil makan mie goreng pak, tolong buatkan 1 porsi pak, di makan disini saja”.
Sang Bapak tersenyum, dan mulai menyiapkan tungku apinya. Dia tampak sibuk. Bumbu dan penggorengan pun telah siap untuk di racik. Tampaklah pertunjukkan sebuah pengalaman yang tak dapat diraih dalam waktu sebentar.  Tangannya cekatan sekali meraih botol kecap dan segenap bumbu. Segera saja, mie goreng yang mengepul telah terhidang. Keadaan yang semula canggung mulai hilang. Basa-basi aku bertanya, "Wah hujannya tambah deras nih, orang-orang makin jarang yang keluar ya Pak?" Bapak itu menoleh kearahku, dan berkata, "Iya dik, jadi sepi nih dagangan saya.." katanya sambil menghisap rokok dalam-dalam.
"Kalau hujan begini, jadi sedikit yang beli ya Pak?" kata ku, "Wah, rezekinya jadi berkurang dong ya?" Duh. Pertanyaan yang bodoh. Tentu saja tak banyak yang membeli kalau hujan begini. Tentu, pertanyaan itu hanya akan membuat Bapak itu tambah sedih. Namun, agaknya saya keliru...
"Gusti Allah, ora sare dik, (Allah itu tidak pernah istirahat), begitu katanya. "Rezeki saya ada dimana-mana. Saya malah senang kalau hujan begini. Istri sama anak saya di kampung pasti dapat air buat sawah. Yah, walaupun nggak lebar, tapi lumayan lah tanahnya." Bapak itu melanjutkan, "Anak saya yang disini pasti bisa ngojek payung kalau besok masih hujan.....".
Degh. Dduh, hatiku tergetar. Bapak itu benar, "Gusti Allah ora sare". Allah Memang Maha Kuasa, yang tak pernah istirahat buat hamba-hamba-Nya. Rupanya aku telah keliru memaknai hidup. Filsafat hidup yang aku punya, tampak tak ada artinya di depan perkataan sederhana itu. Makna nya terlampau dalam, membuatku banyak berpikir dan menyadari kekerdilanku di hadapan Allah.
Aku selalu berpikiran, bahwa hujan adalah bencana, adalah petaka bagi banyak hal. Aku selalu berpendapat, bahwa rezeki itu selalu berupa materi, dan hal nyata yang bisa digenggam dan dirasakan. Dan Aku juga berpendapat, bahwa saat ada ujian yang menimpa, maka itu artinya aku cuma harus bersabar. Namun aku telah keliru. Hujan, memang bisa menjadi bencana, namun rintiknya bisa menjadi anugerah bagi setiap petani. Derasnya juga adalah berkah bagi sawah-sawah yang perlu diairi. Derai hujan mungkin bisa menjadi petaka, namun derai itu pula yang menjadi harapan bagi sebagian orang yang mengojek payung, atau mendorong mobil yang mogok.
Hmm...aku makin bergegas untuk menyelesaikan mie goreng itu. Beribu pikiran tampak seperti lintasan-lintasan cahaya yang bergerak dibenakku.
"Ya Allah, Engkau Memang Tak Pernah Beristirahat" Untunglah, hujan telah reda, dan akupun telah selesai makan.
Dalam perjalanan pulang, hanya kata itu yang teringat, Gusti Allah Ora Sare.....Gusti Allah Ora Sare..... Begitulah, aku sering takjub pada hal-hal kecil yang ada di depanku. Allah memang selalu punya banyak rahasia, dan mengingatkan kita dengan cara yang tak terduga. Selalu saja, Dia memberikan Cinta kepadaku lewat hal-hal yang sederhana. Dan hal-hal itu, kerap membuatku menjadi semakin banyak belajar.
Dulu, aku berharap, bisa melewati tahun ini dengan hal-hal besar,dengan sesuatu yang istimewa. Aku sering berharap, saat bertambahnya usia, harus ada hal besar yang aku lampaui. Seperti tahun sebelumnya, aku ingin ada hal yang menakjubkan yang bisa aku lakukan.
Namun, rupanya tahun ini Allah punya rencana lain buatku. Dalam setiap doaku, sering terucap agar aku selalu dapat belajar dan memaknai hikmah kehidupan. Dan kali ini Allah pun tetap memberikan yang terbaik buatku.
Aku tetap belajar, dan terus belajar, walaupun bukan dengan hal-hal besar dan istimewa.Aku berdoa agar diberikan kekuatan...Namun, Allah memberikanku cobaan agar aku kuat menghadapinya.
Aku berdoa agar diberikan kebijaksanaan...Namun, Allah memberikanku masalah agar aku mampu memecahkannya.
Aku berdoa agar diberikan kecerdasan...Namun, Allah memberikanku otak dan pikiran agar akudapat belajar dari-Nya.
Aku berdoa agar diberikan keberanian...Namun, Allah memberikanku persoalan agar aku mampu menghadapinya.
Aku berdoa agar diberikan cinta dan kasih sayang....Namun, Allah memberikanku orang-orang yang luka hatinya agar aku dapat berbagi dengannya.
Aku berdoa agar diberikan kebahagiaan...Namun, Allah memberikanku pintu kesempatan agar aku dapat memanfaatkannya.
Teman, terima kasih telah membaca.

No comments:

MENCEGAH UPAYA SEKULARISASI PANCASILA

Oleh: K.H Ma'ruf Amin Maklumat ke-Indonesia-an yang digagas oleh sejumlah orang dalam simposium nasional di Fisip UI yang lalu, dengan ...