Ads

Thursday, April 20, 2006

Hari Ini, Sepiring Berdua

''Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?'' (QS.  Al-Qashash : 60)
Suatu ketika seorang suami pulang dari kantor membawa  sekotak nasi. Ia disambut oleh istrinya yang sedang hamil anak  pertamanya. Dengan perasaan bersalah, sang suami menatap sedih dan  segera menyodorkan kotak itu kepada istrinya "Bunda, hari ini kita  makan sepiring berdua yah!". Sekalipun sang istri seharian baru makan nasi sisa dari malam sebelumnya, ditambah lauk mentega, ia dengan sabar  menjawab, "Iya tidak apa-apa. Tapi kasihan ayah, kan hari ini puasa...". Sang suami itu pun membalasnya dengan tenang untuk menutupi dan menahan rasa sedihnya  menghadapi ujian rezeki kala itu. "Alhamdulillah, ini yang kita dapatkan hari ini". Sedangkan pikirannya sudah terisi kegundahan, apa  yang akan dimakan esok hari.
Begitulah salah satu gambaran nuansa  kehidupan sebuah keluarga. Ada kalanya sebuah keluarga mengalami  masa-masa kekurangan dan kesempitan. Terlebih lagi bagi mereka yang mengawali rumah tangga dengan kondisi ekonomi yang serba terbatas.  Hidup yang memprihatinkan harus dijalani dengan pengorbanan dan kemampuan 'berhitung' terhadap pengeluaran dan pemasukan. Berdirinya  sebuah rumah tangga dapat diawali dengan adanya kesepakatan pasangan  terhadap berbagai hal. Yang terpenting, masing-masing dapat menjaga citra diri demi berlangsungnya pernikahan. Semangat ini pun mesti  dibalut dengan keyakinan bahwa rezeki pasti akan diperoleh. Meski  demikian, setelah akad nikah, dalam perjalanan hidup rumah tangga,  komitmen yang telah disepakati tak jarang berubah menjadi hal yang berbeda. Selain karena perubahanan waktu dan suasana, keinginan dan  harapan yang ada akan mengarahkan pada sesuatu yang lebih ideal untuk  diwujudkan. Bahkan hal-hal yang dulu tidak sempat kita pikirkan, satu  per satu akan mulai tampak. Yaitu,  mulai dari sifat, sikap, dan kemampuan pasangan dalam menghadapi dan mengelola hiruk pikuk rumah tangga. Masalah-masalah yang sebenarnya  sepele, sangat mungkin menimbulkan permasalahan sehingga memicu  ketidakharmonisan hubungan antara suami istri.
Pasangan suami istri  yang tengah menghadapi ujian seperti itu, sebaiknya menengok kembali kesepakatan yang pernah dibuat bersama dengan penuh tanggung jawab. Tidak saling menyalahkan atau bahkan membebankan dan menuntut kepada  suami atau mencari kesalahan dan sebab akibat kepada istri, merupakan  salah satu alternatif solusi terbaik. Dalam rumah tangga tak mungkin  antara suami dan istri hidup hanya berdasarkan kebutuhan dan keputusan masing-masing. Semuanya harus bersama siap menghadapi berbagai risiko.
Nikmati  sebuah 'tim kerja' yang diikat oleh ikatan hati dan semangat dalam kebersamaan. Dalam keadaan yang tak nyaman inilah menjadi saat tepat  untuk memperbaharui komitmen dan membuat rencana kedepan yang lebih  matang. Mulailah membangun indahnya kebersamaan penuh kesabaran. Terimalah keadaan dengan menikmatinya dan berbahagia dengan apa yang  ada. Janganlah ragu untuk menahan diri dari meminta dan berharap dari orang lain. Pertahankan harga diri bersama-sama, sekalipun harus makan  sepiring berdua atau menahan lapar bersama-sama. Curahkan isi hati  kepada orang-orang yang bijak dan memiliki ilmu. Masukan pendapat orang  lain tak jarang akan membuat cara kita berpikir dan bertindak lebih  memiliki nilai ilmu daripada mengedepankan emosional.
Semuanya  itu tak pelak pada akhirnya akan mengantarkan kita lebih mengerti apa  yang seharusnya dilakukan. Tambahkan kekuatan semangat dalam menjalani kehidupan dengan terus mendekat kepada pemilik kehidupan ini dalam  rangkaian ikhtiar kita. Ringankan hati dengan terus berupaya berbaik  sangka terhadap semua yang terjadi pada diri kita. Sadarilah bahwa episode yang terlewati merupakan jalan mematangkan dan memuliakan diri  kita di hadapan-Nya. Dalam situasi apapun, bila kita telah memperbaiki  komitmen, maka tak ada sesuatu hal yang sulit dan menyedihkan. Sebab  kita akan mengetahui arti senang ketika telah merasakan kesedihan. Maka  janganlah sedih bila hari ini makan malam kita hanya sepiring berdua.

No comments:

MENCEGAH UPAYA SEKULARISASI PANCASILA

Oleh: K.H Ma'ruf Amin Maklumat ke-Indonesia-an yang digagas oleh sejumlah orang dalam simposium nasional di Fisip UI yang lalu, dengan ...